Rabu, 14 Januari 2015

LUKA BAKAR

1.      Pengertian dan Patofisiologi
Luka bakar adalah bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industry, traffic accident maupun bencana alam. Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda” yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Terpaparnya kulit dengan asam pekat mengakibatkan hancurnya protein kulit yang menyebabkan timbulnya reaksi oksidasi yang menghasilkan panas sebagai efek dari reaksi kimia. Sedangkan reaksi fisika terjadi bila tubuh manusia tersengat aliran listrik. Ketika tubuh manusia dialiri listrik dan listrik tersebut mengalir keseluruh tubuh, sebagai akan terjadi kerusakan tubuh karena adanya pelepasan energi listrik menjadi panas.
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas atau penyebabnya.

2.      Derajat luka bakar
a.       Derajat I           : Terkena pada lapisan luar epidermis, kulit menjadi merah, tampak sedikit udem, dan terasa nyeri.

b.      Derajat II          : Terkena pada lapisan epidermis dan sebagian dermis, terbentuk bulla (apabila pecah tampak kemerahan) , sedikit udem, dan terasa sangat nyeri.

c.       Derajat III        : Seluruh lapisan kulit terkena, lesi tampak pucat, warna kecokelatan, dan permukaannya lebih rendah dibandingkan kulit normalnya.


3.      Berat luka bakar
a.       Ringan       : luka bakar derajat I, luka bakar derajat II seluas < 15%, luka bakar derajat III seluas < 2%
b.      Sedang      : luka bakar derajat II seluas 10-15%, luka bakar derajat III seluas 5-10%
c.       Berat         : luka bakar derajat II seluas >20%, yang mengenai wajah, tangan, kaki, alat kelamin, ketiak atau persendian, luka bakar derajat III seluas >10%, luka bakar akibat listrik dengan tegangan >1000 volt, luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas jaringan lunak atau gangguan jalan nafas.

4.      Luas luka bakar
a.       Kepala                                     : 9%
b.      Ekstermitas atas kanan            : 9%
c.       Ekstermitas atas kiri                : 9%
d.      Dada                                       : 9%
e.       Peur                                         : 9%
f.       Punggung                                : 18%
g.      Perineum                                 : 1%
h.      Ekstermitas bawah kanan       : 18%
i.        Ekstermitas bawah kiri            : 18%
TOTAL                                   : 100%


5.      Pertolongan Pertama Pada Pasien Dengan Luka Bakar
a.       Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala
b.      Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
c.       Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
d.      Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun.
e.       Evaluasi awal
f.       Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunderSaat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui mask face atau endotracheal tube. Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain, biasanya dari luka tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar harus dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti. Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial thickness), sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit (full thickness)

6.      Perawatan Luka Bakar
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal. Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit. Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.
a.       Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barrier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
b.      Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)

c.       Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting )

SUMBER : Ns.Paula, dkk.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.CV.Trans Info Media:Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar