Jumat, 14 November 2014

PENGKAJIAN : PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE PADA PASIEN TRAUMA ATAU PENYAKIT SERIUS

Kepala atau tengkorak :
1.      Inspeksi dan palpasi keseluruhan kulit kepala; hal ini penting karena kulit kepala biasanya tidak terlihat karena tertutup rambut
2.      Catat adanya perdarahan, laserasi, memar atau hematom
3.      Catat adanya darah atau drainase dari ntelinga. Inspeksi adanya memar dibelakang telinga
4.      Kaji respon dan orientasi pasien akan waktu, tempat dan diri. Observasi bagaimana pasien merespons pertanyaan dan berinteraksi dengan lingkungan
5.      Catat adanya tremor atau kejang
Wajah :
1.      Inspeksi dan palpasi tulang wajah
2.      Kaji ukuran pupil dan reaksinya terhadap cahaya. Catat apakah lensa kontak terpasang jika ya, lepaskan
3.      Catat adanya darah atau drainage dari telinga, mata, hidung atau mulut
4.      Observasi bibir, daun telinga dan ujung kuku terhadap sianosis
5.      Cek adanya gigi yang tanggal
6.      Cek adanya gigi palsu. Jika ada dan pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran atau gigi palsu mempengaruhi jalan nafas, lepaskan ; lalu beri nama dan simpan ditempat yang aman (lebih baik berikan pada keluarganya)
7.      Inspeksi lidah dan mukosa oral terhadap trauma
Leher :
1.      Observasi adanya bengkak atau deformitas di leher
2.      Cek spinal servikal untuk deformitas dan nyeri palpasi. Perhatian : jangan menggerakkan leher atau kepala pasien dengan kemungkinan trauma leher sampai fraktur servikal sudah dipastikan ! immobilitas leher
3.      Observasi adanya devisi trakea
4.      Observasi adanya distensi vena jugularis
Dada :
1.      Inspeksi dinding dada untuk kualitas dan kedalaman pernafasan dan untuk kesimetrisan pergerakan. Catat adanya segmen flail chest
2.      Cek adanya fraktur iga dengan melakukan penekanan pada tulang iga pada posisi lateral, lalu anterior dan posterior, maneuver ini menyebabkan nyeri pada pasien fraktur iga
3.      Catat keluhan pasien akan nyeri, dyspnea atau sensasi dada terasa berat
4.      Catat memar, perdarahan, luka atau emfisema subkutaneus
5.      Auskultasi paru untuk kualitas dan kesimetrisan bunyi nafas
Abdomen :
1.      Catat adanya distensi, perdarahan, memar, atau abrasi khususnya disekitar organ vital seperti limpa atau hati
2.      Kaji kekakuan dan tenderness. Selalu auskultasi abdomen untuk bising usus sebelum mempalpasi untuk mengkaji secara benar peristaltic
Genetalia dan pelvis :
1.      Observasi untuk abrasi, perdarahan, hematoma, edema atau discharge
2.      Berikan tekanan lembut disetiap iliac crest dengan gerakan gerakan kecil; pasien fraktur pelvis akan kehilangan rasa (maneuver ini juga akan menyebabkan nyeri pada pasien)
3.      Observasi adanya distensi kandung kemih
Tulang Belakang :
1.      Mulai tempatkan satu tangan dibawah leher pasien. Dengan lembut palpasi vertebra, rasakan adanya deformitas, dan catat lokasinya jika terdapat respon nyeri dari pasien
2.      Perhatian : jangan pernah membalik pasien untuk memeriksa tulang belakang sampai trauma spinal sudah dipastikan! Jika anda harus membalik pasien (misalnya luka terbuka) gunakan teknik log-roll
3.      Catat adanya keluhan nyeri dari pasien ketika mempalpasi sudut costovertebral melewati ginjal
Ekstermitas :
1.      Cek adanya perdarahan, edema, pallor, nyeri atau asimetris tulang atau sendi dimulai pada segmen proksimal pada setiap ekstermitas dan palpasi pada bagian distal
2.      Cek pergerakan, ROM dan sensasi pada semua ekstermitas
3.      Palpasi nadi distal dan cel capillary refill pada ujung kuku. Kaji warnakulit pada ekstermitas

4.      Cek reflex seperti plantar, biseps dan patela

Sumber : Ns.Paula Krisanty,S.Kep.MA, dkk.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: CV.Trans Info Media

Sabtu, 01 November 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PROMOSI KESEHATAN PADA MASYARAKAT

A.      Faktor Predisposisi
1. Riwayat Masalah
Desa Nangka Jajar berpenduduk ±280 jiwa dengan jumlah penduduk wanita ±130 jiwa. Setelah dilakukan pendataan, diketahui bahwa jumlah ibu nifas di desa Nangka Jajar berjumlah 25 orang. Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah bertani, tidak terkecuali dengan ibu-ibu nifas tersebut.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup, hanya dalam waktu seminggu setelah melahirkan, ibu-ibu nifas tersebut sudah mulai bekerja di sawah walaupun belum bisa bekerja sehari penuh seperti biasanya.
Dua hari yang lalu, ada beberapa ibu nifas yang datang ke puskesmas dan mengeluh bahwa luka jahitannya terasa panas, nyeri dan berbau. Kemungkinan disebabkan karena ibu-ibu nifas kurang memperhatikan kebersihan tubuhnya, khususnya daerah alat kelamin.

2.    Kondisi Fisik
Desa Nangka Jajar terletak di lereng pegunungan dan dikelilingi area persawahan yang luas. Sumber air yang mereka gunakan sebagian besar mengandalkan sungai yang mengalir melalui desa Nangka Jajar. Air sungai tersebut tidak terlalu bersih karena digunakan untuk berbagai keperluan MCK. Jika musim hujan tiba, warga juga memanfaatkan sumur yang ada di desa tersebut, namun jika musim kemarau sumur tersebut kering.
3.    Motivasi Belajar
Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat desa tersebut bahwa di desa tersebut ada perkumpulan ibu-ibu PKK yang rutin mengadakan kegiatan seperti arisan dan mereka senang untuk berkumpul dan menerima informasi terutama yang berhubungan dengan kesehatan.

4.    Kesiapan Belajar
Ibu-ibu PKK, khususnya ibu-ibu nifas yang akan mendapat penyuluhan memiliki waktu luang pada sore hari karena saat itu mereka sudah selesai mengerjakan pekerjaan di sawah maupun di rumah sehingga mereka bersedia berkumpul untuk mendapatkan penyuluhan mulai pukul 16.00.

5.    Kemampuan Membaca
Kurang lebih 70% penduduk termasuk ibu-ibu nifas telah mengenal huruf dan 60% mengerti bahasa Indonesia dengan baik. Beberapa orang pernah bersekolah sampai tingkat SMP, namun sebagian besar hanya sampai tingkat sekolah dasar. Informasi yang mereka sukai dan dianggap efektif oleh tokoh masyarakat adalah informasi yang disampaikan dengan metode ceramah dan diskusi.


B.        Faktor Enabling
Masyarakat desa Nangka Jajar, khususnya ibu-ibu nifas, jarang unttuk melakukan pemeriksaan rutin di puskesmas. Mereka datang ke puskesmas hanya jika mengalami sakit yang sudah parah. Ibu-ibu nifas di desa tersebut kurang paham dengan apa yang seharusnya dilakukan untuk menjaga kesehatan padahal sebenarnya mereka bisa menanyakan kepada tenaga kesehatan di puskesmas tentang masalah kesehatan yang mungkin terjadi. Bidan dan tenaga kesehatan di Puskesmas tersebut sangat ramah dan komunikatif serta siap menyelesaikan masalah yang dialami ibu-ibu nifas desa Nangka Jajar

C.           Faktor Reinforcing
Kepala desa selalu menyarankan warganya terutama ibu-ibu nifas untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin meskipun tidak sakit. Hal ini dianjurkan untuk menghindari sakit yang lebih parah, selain itu di puskesmas masyarakat juga bisa mendapatkan informasi tentang kesehatan. Karena itu, Kepala desa sangat mendukung adanya kegiatan penyuluhan ini agar kesehatan warga di desanya semakin meningkat.

D.      Analisa Data
Data Penyebab Masalah
1.      DS : ibu-ibu nifas belum mengerti tentang bagaimana menjaga keberihan tubuh terutama saat nifas à Kurang pengetahuan tentang bagaimana cara menjaga kebersihan selama masa nifas, Kurang pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan selama masa nifas
2.      DS : ibu-ibu nifas merasa takut jika luka di alat kelamin akan menjadi panas, nyeri dan berbau seperti yang terjadi pada beberapa warga dua hari yang lalu. Ibu-ibu nifas kurang mengakses informasi à Cemas/Ansietas

E. Diagnosa Masalah
1.      Kurang pengetahuan tentang pentingnya kebersihan pada masa nifas karena kurang mengakses informasi.

2.      Cemas karena kurang pengetahuan tentang bagaimana cara menjaga kebersihan pada masa nifas.