Jumat, 26 Desember 2014

ENGLISH CONVERSATION (INJECTION)


ENGLISH CONVERSATION (IC)
Nurse   : Good Morning miss
Patient : Good Morning….
Nurse   : Are you Ms.Rahma? Can I see your number register?
Patient : Yes nurse of course, here….
(in a moment after nurse checking number of patient register)
 Nurse  : My name is Amel and I’am nurse here, today I’am want injection to you, to find out if there you have an medicine allergic or not, so please cooperative with me
Patient : Yes nurse with pleasure.
Nurse   : This is antibiotic cefotaxime medicine, this will work to prevent infection in your body.
Patient : Ok nurse, I’m ready.
Nurse    : Excuse me, I will clean your hand with an alcohol swab and after that I 'll injection medicine cefotaxime intra cutan.
Patient : I'm afraid nurse . Does’t it hurt?
Nurse   : Oh it’s not hurt miss, take a relax, (nurses already antibiotic medicine injection, put a needle with the hole facing up and make an angle between 15-20 degree at the surface of the skin test)
(back to conversation, after nurse injecting antiobiotic medicine)
Patient : Nurse, are you done injection me?
Nurse   : Yes, it’s done now, do you feel it’s hurt?
Patient : No, I’am not… I’am just feelling it’s hurt, but now I’am know it’s not hurt.
Nurse   : Ok miss now I 'll pushing your  hands to determine area of allergic, then I 'll waiting 10 minutes whether or not raised red spots on the circle,  if there is allergic to the medicine cefotaxime
Patient  : Oh I see, now I’am undestand  what determine area of medicine allergic.
Nurse   : Yes miss
Patient : Thank’s nurse for your information
Nurse   : You are welcome. Okay miss , there's no red spots on your hand and then you are not allergic to the medicine cefotaxime

Patient : Yes nurse , thank you
Nurse : Yaps, you are welcome… see you 

ANAK RETARDASI MENTAL ATAU ANAK TUNAGRAHITA

Konsep Dasar Retardasi Mental

 A. Definisi : Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan. (Sari Pediatri, 2000: 170). Menurut AAMR (American Association of Mental Retardation), 2002, retardasi mental adalah disabilitas/ketidakmampuan yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah rata-rata dan rendahnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (perilaku adaptif). Ketidakmampuan ini muncul sebelum berusia 18 tahun.  Sekitar 2-3% dari populasi dunia mengalami retardasi mental. Retardasi mental dapat muncul sebagai salah satu gejala dari gangguan atau penyakit lain. kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
B. Penyebab retardasi mental : Penyebab retardasi mental mungkin faktor keturunan (retardasi mental genetik), mungkin juga tidak diketahui (retardasi mental simplek). Kedua-duanya dinamakan juga retardasi mental primer. Retardasi mental sekunder disebabkan faktor-faktor dari luar yang diketahui dan faktor-faktor ini mempengaruhi otak mungkin pada waktu prenatal, perinatal atau postnatal (Maramis, 1996 ; 387). Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa ke-1 (PPDGJ-1) memberikan subkategori klinis atau keadaan-keadaan yang sering disertai retardasi mental sebagai berikut :
a. Akibat infeksi dan atau intoxikasi 
b.  Akibat rudapaksa dan atau sebab fisik lain 
c. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi 
d. Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal)
e. Akibat penyakit atau pengaruh prenatal yang tidak jelas
f. Akibat kelainan kromosoma
g. Akibat prematuritas
h. Akibat gangguan jiwa yang berat
i. Akibat deprivasi psikososial

C. Pembagian tingkat-tingkat inteligensia
     Pembagian tingkat-tingkat inteligensia, patokan sosial didasarkan atas keadaan masyarakat yang “normal” (Maramis,1996;391)
Nama
IQ
Tingkat
Patokan Sosial
Patokan Pendidikan
Keadaan bodoh, bebal
68-85
Taraf perbatasan
Tidak sanggup bersaing dalam mencari nafkah
Beberapa kali tidak naik kelas di SD
Debilitas (keadaan tolol)
52-67
Retardasi mental ringan
Dapat mencari nafkah secara sederhana dalam keadaan baik
Dapat dilatih dan dididik di sekolah khusus
Imbisilitas (keadaan dungu)
36-51
Retardasi mental sedang
Mengenal bahaya, tidak dapat mencari nafkah
Tidak dapat dididik, dapat dilatih
Imsibilitas
20-35
Retardasi mental Berat
Mengenal bahaya, tidak dapat mencari nafkah
Tidak dapat dididik, dapat dilatih
Idiosi
< 20
Retardasi mental sangat berat
Tidak mengenal bahaya, tidak dapat mengurus sendiri
Tidak dapat dididik dan dilatih


D. Diagnosis dini retardasi mental
   Adanya retardasi mental dapat dicurigai pada bayi yang usianya masih muda. Hal yang penting diperhatikan ialah fakta bahwa anak atau bayi yang retardasi mental dari sejak lahir perkembangan mentalnya akan terbelakang di semua bidang, kecuali sesekali tidak terbelakang dalam bidang motorik umum (misalnya waktu dapat berdiri, berjalan).
Anak atau bayi yang retardasi mental secara relative lebih terbelakang perkembangannya dalam berbicara, dalam jumlah perhatian terhadap sekitar, dalam berkonsentrasi, kesiagaan dan kecepatan berespon.
1.      Minggu-minggu pertama
Gejala pertama dari mental subnormal (retardsi mental) mungkin berupa keterlambatan dalam senyum dan memperhatikan. Keterlambatan dalam mengikuti benda bergerak dengan matanya juga ditemukan pada bayi mental subnormal. Hal ini tidak jarang memberi kesan yang salah pada orang-tua, seolah-olah bayi tidak dapat melihat atau ketajaman penglihatannya terganggu. Bayi tampaknya tidak peduli terhadap lingkungannya, tidak memperhatikan lingkungannya, dan dapat menimbulkan kecurigaan bahwa ia buta. Juga dapat dijumpai keterlambatan bereaksi terhadap bunyi. Hal ini juga dapat memberi kesan yang salah, bahwa bayi tuli. Juga bayi terlambat untuk mampu mengunyah sehingga menyebabkan kesulitan dalam memberi makanan. 
2.      Memandang tangan sendiri
Bayi normal yang berusia 12-20 minggu bila berbaring sering memperhatikan gerakan tangannya sendiri. Pada bayi mental subnormal gejala ini masih terlihat sampai usia yang lebih tua dari 20 minggu.
3.      Memasukkan benda ke mulut
Kegiatan memasukkan benda yang diperolehnya ke dalam mulut merupakan tindakan yang khas bagi bayi berusia 6-12 bulan. Padabayi retardasi mental kegiatan ini masih berlanjut sampai usia yang lebih tua. Kita masih dapat melihat pada anak retardasi mental yang berusia 2-3 tahun yang masih suka memasukkan kubus atau mainan ke dalam mulutnya.
4.      Kurang perhatian dan konsentrasi
Gejala ini penting diperhatikan. Anak yang mental subnormal kurang mempunyai perhatian terhadap sekitarnya. Perhatian terhadap mainan hanya berlangsung singkat, atau malah tampak tidak mengacuhkannya. Bila diberi mainan, ia tidak melakukan hal yang konstruktif dengan mainan tersebut. Mainan tidak dapat menarik perhatiannya. Bila mainan dijatuhkan ia tidak berusaha mengambilnya. Ekspresinya kurang alert (kurang siaga). Biasanya ia kurang responsive disbanding anak yang normal.

E. Pemeriksaan penunjang retardasi mental
   Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental, yaitu (Shonkoff JP, 1992) :
1.            Kromosomal kariotipe
(1)         Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
(2)         Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
(3)         Terdapat beberapa kelainan kongenital
(4)         Genitalia abnormal
2.            EEG (Elektro Ensefalogram)
(1)         Gejala kejang yang dicurigai
(2)         Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3.            CT (Cranial computed tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
(1)         Pembesaran kepala yang progresif
(2)         Tuberous sclerosis
(3)         Dicurigai kelainan otak yang luas
(4)         Kejang lokal
(5)         Dicurigai adanya tumor intrakranial
4.            Titer virus untuk infeksi kongenital
(1)         Kelainan pendengaran tipe sensorineural
(2)         Neonatal hepatosplenomegali
(3)         Petechie pada periode neonatal
(4)         Chorioretinitis
(5)         Mikroptalmia
(6)         Kalsifikasi intracranial
(7)         Mikrosefali
5.            Serum asam urat (Uric Acid Serum)
(1)         Choreoatetosis
(2)         Gout
(3)         Sering mengamuk
6.            Laktat dan piruvat darah
(1)         Asidosis metabolik
(2)         Kejang mioklonik
(3)         Kelemahan yang progresif
(4)         Ataksia
(5)         Degenerasi retina
(6)         Ophtalmoplegia
(7)         Episode seperti stroke yang berulang
7.            Plasma asam lemak rantai sangat panjang
(1)         Hepatomegali
(2)         Tuli
(3)         Kejang dini dan hipotonia
(4)         Degenerasi retina
(5)         Ophtalmoplegia
(6)         Kista pada ginjal
8.            Serum seng (Zn)
(1)         Acrodermatitis
9.            Logam berat dalam darah
(1)         Anamnesis adanya pika
(2)         Anemia
10.        Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
(1)         Gerakan yang involunter
(2)         Sirosis
(3)         Cincin Kayser-Fleischer
11.        Serum asam amino atau asam organik
(1)         Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
(2)         Gagal tumbuh
(3)         Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
(4)         Warna rambut yang tidak biasa
(5)         Mikrosefali
(6)         Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
12.        Plasma ammonia
(1)         Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13.        Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit :
(1)         Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
(2)         Atrofi N. Optikus
(3)         Degenerasi retina
(4)         Serebelar ataksia yang berulang
(5)         Mioklonus
(6)         Hepatosplenomegali
(7)         Kulit yang kasar dan lepas-lepas
(8)         Kejang
(9)         Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14.        Urin mukopolisakarida
(1)         Kiposis
(2)         Anggota gerak yang pendek
(3)         Badan yang pendek
(4)         Hepatosplenomegali
(5)         Kornea keruh
(6)         Gangguan pendengaran
(7)         Kekakuan pada sendi
15.        Urin reducing substance
(1)         Katarak
(2)         Hepatomegali
(3)         Kejang
16.        Urin ketoacid
(1)         Kejang
(2)         Rambut yang mudah putus
17.        Urin asam vanilimandelik
(1)         Muntah-muntah
(2)         Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
(3)         Gejala disfungsi autonomic

F. Penatalaksanaan retardasi mental
   Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan tersebut termasuk pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha terus menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaruhi kebijakan kesehatan masyarakat, aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal, dan eradikasi gangguan yang diketahui disertai kerusakan system saraf pusat. Konseling keluarga dan genetic dapat membantu.
Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat perjalanan penyakit, serta pencegahan tersier bertujuan untuk menekan kecacatan yang terjadi. Dalam pelaksanaannnya kedua jenis pencegahan ini dilakukan bersamaan, yang meliputi pendidikan untuk anak; terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika, pendidikan keluarga; dan intervensi farmakologis.
Pendidikan untuk anak harus merupakan program yang lengkap dan mencakup latihan keterampilan adaptif, social, dan kejuruan. Suatu hal yang penting adalah mendidik keluarga tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri dengan mempertahankan harapan yang realistik.
Adapun beberapa latihan yang diberikan secara kronologis : latihan di rumah : pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian sendiri, kebersihan badan; latihan di sekolah : yang penting dalam hal ini adalah perkembangan rasa sosial; latihan teknis : diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin, dan kedudukan sosial; latihan moral : dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin perlu disertai hadiah. Hukuman dapat berupa : dimarahi, tidak diberi makanan yang disukai, larangan bermain untuk sementara waktu dan sebagainya. Hadiah dapat berupa : kata-kata pujian, mainan, makanan, dan sebagainya (Maramis, 1996: 395). Untuk mengatasi perilaku agresi dan melukai diri sendiri dapat digunakan naltrekson. Untuk gerakan motorik stereotipik dapat dipakai antipsikotik seperti haloperidol dan klorpromazin. Perilaku kemarahan eksplosif dapat diatasi dengan penghambat beta seperti propranolol dan buspiron. Adapun untuk gangguan defisit atensi atau hiperaktivitas sapat digunakan metilpenidat (Kaplan dan Sadock, 1994: 423) 
                 
G. Pencegahan retardasi mental
Penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada, sebab kerusakan sel-sel otak tidak mungkin fingsinya dapat kembali normal, maka yang terpenting adalah pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melaui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama masa kehamilan dan bersalin pada tenaga-tenaga kesehatan yang berwenang, maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula dengan memberantas kemiskinan dengan membuka lapangan kerja. Memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningktakan gizi keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga dan Balita) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis dini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini mungkin, terutama pada tahun pertama, maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terapi dini hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi mental yang terjadi. Makin dini dan makin sering intervensi dilakukan, maka makin baik hasilnya. Tetapi makin berat kecacatan, maka hasil yang dicapai juga makin kurang. Hasil akhir suatu intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang diberikan makin baik hasilnya, sehingga mengurangi kecacatannya. Namun, pada anak yang penyebabnya sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang baik, dan intervensi yang tidak teratur, maka hasilnya juga tidak memuaskan. (dikutip dari Crocker, 1983)

SUMBER :
Maramis,W.F.1996.Ilmu Kedokteran Jiwa.Jakarta : Lembaga Penerbitan UNAIR
Kaplan,H.I.1997. Sinopsis Psikiatri.Jakarta :Binarupa Aksara
Soetjiningsih.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC
Keliat,Budi Anna.1992.Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Gangguan Jiwa.Jakarta:EGC