1. Pengertian
dan Patofisiologi
Luka
bakar adalah bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas manusia
dalam rumah tangga, industry, traffic accident maupun bencana alam. Luka bakar
ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda” yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar
(asam kuat, basa kuat).
Terpaparnya
kulit dengan asam pekat mengakibatkan hancurnya protein kulit yang menyebabkan
timbulnya reaksi oksidasi yang menghasilkan panas sebagai efek dari reaksi
kimia. Sedangkan reaksi fisika terjadi bila tubuh manusia tersengat aliran
listrik. Ketika tubuh manusia dialiri listrik dan listrik tersebut mengalir
keseluruh tubuh, sebagai akan terjadi kerusakan tubuh karena adanya pelepasan energi
listrik menjadi panas.
Luka
bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun
jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan
sumber panas atau penyebabnya.
2. Derajat
luka bakar
a.
Derajat I : Terkena
pada lapisan luar epidermis, kulit menjadi merah, tampak sedikit udem, dan
terasa nyeri.
b.
Derajat II : Terkena
pada lapisan epidermis dan sebagian dermis, terbentuk bulla (apabila pecah
tampak kemerahan) , sedikit udem, dan terasa sangat nyeri.
c.
Derajat III : Seluruh lapisan kulit
terkena, lesi tampak pucat, warna kecokelatan, dan permukaannya lebih rendah
dibandingkan kulit normalnya.
3. Berat
luka bakar
a.
Ringan :
luka bakar derajat I, luka bakar derajat II seluas < 15%, luka bakar derajat
III seluas < 2%
b. Sedang : luka bakar derajat II seluas 10-15%,
luka bakar derajat III seluas 5-10%
c.
Berat :
luka bakar derajat II seluas >20%, yang mengenai wajah, tangan, kaki, alat
kelamin, ketiak atau persendian, luka bakar derajat III seluas >10%, luka
bakar akibat listrik dengan tegangan >1000 volt, luka bakar dengan
komplikasi patah tulang, kerusakan luas jaringan lunak atau gangguan jalan
nafas.
4. Luas
luka bakar
a. Kepala :
9%
b. Ekstermitas
atas kanan : 9%
c. Ekstermitas
atas kiri : 9%
d. Dada : 9%
e. Peur : 9%
f. Punggung : 18%
g. Perineum : 1%
h. Ekstermitas
bawah kanan : 18%
i.
Ekstermitas bawah kiri : 18%
TOTAL : 100%
5. Pertolongan
Pertama Pada Pasien Dengan Luka Bakar
a. Segera
hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti
dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api
yang menyala
b. Singkirkan
baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena
jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
c. Setelah
sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses
koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah
api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan
dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini
pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
d. Akan
tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya
terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar
apapun.
e. Evaluasi
awal
f. Prinsip
penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma yang
lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan
pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunderSaat
menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya ditemukan
sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada wajah,
oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental. Bila benar terdapat
luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui
mask face atau endotracheal tube. Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka
lain, biasanya dari luka tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka
bakar harus dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun perdarahan
dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama dibandingkan luka bakar,
perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti. Anamnesis secara
singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk menentukan mekanisme dan
waktu terjadinya trauma. Untuk membantu mengevaluasi derajat luka bakar karena
trauma akibat air mendidih biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit
(partial thickness), sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh
lapisan kulit (full thickness)
6. Perawatan
Luka Bakar
Setelah keadaan umum
membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan perawatan luka.
Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua
perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal. Setelah
luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki
beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan
epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus
benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan
luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan
timbulnya rasa sakit. Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.
a. Luka
bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barrier pertahanan
kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep
antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat
diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
b. Luka
bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama
luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan
dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup
luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft
(homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte,
integra)
c. Luka
derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok
kulit (early exicision and grafting )
SUMBER : Ns.Paula, dkk.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.CV.Trans Info Media:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar