Hemoroid
adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales. Secara
kasar hemoroid biasanya dibagi dalam 2 jenis, hemoroid interna dan hemoroid
eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan
media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis
inferior.
Sesuai
istilah yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah luar otot sfingter
ani, dan hemoroid eksterna timbul di sebelah dalam sfingter. Hemoroid timbul
akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis.
Kedua
jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk
baik pria maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini
tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak
nyaman.
Kurang
lebih 70 persen manusia dewasa mempunyai wasir (hemorhoid), baik wasir dalam,
wasir luar maupun keduanya. Namun tidak semua penderita wasir ini memerlukan
pengobatan. Hanya sebagian kecil saja yang memerlukan pertolongan medis, yakni
mereka yang mengeluhkan pendarahan, adanya tonjolan dangatal-gatal. ”Penyebab
wasir sebenarnya sederhana, yakni saat susah buang air dipaksakan mengeluarkan
kotoran. Penyebab susah buang air ini adalah kurang minum, kurang makan serat,
kurang olah raga atau banyak duduk dan mengangkat yang berat-berat.
Solusi
penyakit ini sebenarnya cukup gampang, yakni mengubah pola hidup. Bagi mereka
yang dalam profesinya banyak duduk seperti sekretaris atau supir disarankan
melakukan gerakan-gerakan lain, bukan hanya duduk saja. Karena itu, wasir
sudah banyak dikenal oleh manusia sejak lama, sekalipun begitu banyak kesalah
pahaman mengenai (Wasir) hemorrhoid keluhan dan penyakit masih tersisa.
Wasir,
adalah seikat pembuluh darah di dalam dubur / pelepasan, hanya sebagian berada
di bawah selaput bagian paling rendah dari dubur / pelepasan. Mereka terjadi
ketika pembuluh darah di (dalam) duburmu memperbesar dari ketegangan atau
memaksa. Wasir umum diderita oleh umur 50, sekitar separuh orang dewasa
berhadapan dengan yang menimbulkan rasa gatal, terbakar, pendarahan dan terasa
menyakitkan. Dalam banyak kesempatan kondisi boleh memerlukan hanya self-care (perawatan sendiri) dan lifestyle (gaya hidup) berubah.
Hemoroid
juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh
karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan
pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan
oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa
waktu setelah melahirkan.
1.
Definisi
Hemoroid
adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
kelainan patologik. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan atau penyulit,
diperlukan tindakan
2.
Anatomi
Rektum
panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti cembungan
tulang kelangkang,fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura
perinealis. Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi
anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan
kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum dan bagian
anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura perinealis berjalan
ektraperitoneal. Haustra ( kantong ) dan tenia ( pita ) tidak terdapat pada
rektum, dan lapisan otot longitudinalnya berkesinambungan. Pada sepertiga
bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas yakni ampula
rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar. Di
bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen
rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat
satu lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada
jarak 5 – 8 cm dari anus. Melalui kontraksi serabut – serabut otot sirkuler,
lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi serabut otot longitudinal
lipatan tersebut saling menjauhi.
Kanalis
analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang
sedikit bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan
kulit bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan
mempunyai epidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan
kelenjar keringat. Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis
analis. Pada daerah ini, 6 – 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan,
kolumna analis melengkung kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh
simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak
bertanduk. Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling bergabung dengan
perantaraan lipatan transversal. Alur – alur diantara lipatan longitudinal
berakhir pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan tertutup selapis epitel
thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira – kira 1 cm, di sebut daerah
hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna analis
terletak di bawah mukosa dan membentuk dasar hemorhoid interna.
Hemoroid
dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus
vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi
primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral
(jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer
tesebut.
Hemoroid
eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior
terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di
bawah epitel anus.
Kedua
pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan
merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan
anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior
dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke
peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.
3.
Faktor resiko
Anatomik
: vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis kurang
mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
U m
u r : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.
Keturunan
: dinding pembuluh darah lemah dan tipis
Pekerjaan
: orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang berat
mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
Mekanis
: semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen, misalnya
penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan pada waktu
defekasi.
Endokrin
: pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada
sekresi hormone relaksin.
Fisiologi
: bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis
hepatis.
4.
Manifestasi Klinis
Pasien
sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada hubungannya dengan
gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada
hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang
mengalami trombosis.
Perdarahan
umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh faeces
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan
faeces, dapat hanya berupa garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada
perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu
defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang lebih
lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk
kembali ke dalam anus.
Pada
akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap
dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya faeces pada
pakaian dalam merupakn ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi
kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus
dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.
Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang.
5.
Klasifikasi
Hemoroid
eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Hemoroid
interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat
I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya keluhan penderita adalah
perdarahan
Derajat
II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan masuk sendiri setelah selesai
defekasi.
Derajat
III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong masuk setelah defekasi
selesai karena tidak dapat masuk sendiri.
Derajat
IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi
6.
Pemeriksaan
Anamnesis
harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg membutuhkan
tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjam-jam
di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum
tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain
seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan
inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps,
maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila
penderita diminta mengejan.
6.
1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
6.
2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan
cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi.
Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
6.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi
perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap
adanya darah samar.
Perdarahan
rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada :
1.
Karsinoma kolorektum
2.
Penyakit divertikel
3.
Polip
4.
Kolitis ulserosa
Pemeriksaan
sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu dipilih
secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum
juga harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna.
8.
Komplikasi
Perdarahan
akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi
portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat
sangat banyak.
Yang
lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering
tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi.
Apabila
hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah
terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
9.
Penatalaksanaan
9.1.
Terapi non bedah
A.
Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet
Kebanyakan
penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya
terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-buahan. Makanan ini
membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan
mengurangi keharusan mengejan berlebihan.
Supositoria
dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek
anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena
udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah
baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan
dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri.
9.2.
Terapi bedah
Terapi
bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita
hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi
lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami
trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
Prinsip
yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan
pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena
telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa.
Ada
tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional (menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong)
dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
SUMBER :
Silvia
A.P, Lorraine M.W,1995, Patofisiologi, Konsep – konsep Klinis Proses Penyakit,
Edisi IV, EGC, Jakarta, pemeriksaan penunjang: 420 – 421.
Syamsuhidayat
R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC,Jakarta, pemeriksaan penunjang:910 – 912.
Werner
Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma ( alih
bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat Dalam,p:232
Mansjur
A dkk ( editor ), 1999, Kapita selecta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI,
Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
Linchan
W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56 – 59.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar