Senin, 20 Oktober 2014

Demam berdarah

Dengue/Demam berdarah merupakan penyakit endemic yang telah dikenal cukup lama, penyakit ini memiliki siklus endemic minimal sekitar 5 tahun.



Beberapa diskripsio yang erat hubungannya dengan penyakit dengue al:
Dengue fever (DF);  penyakit dengue yang ditandai khas dengan bintik petechie spontan maupun test uji tuniquet, deman, sakit kepala, sakit perut, limpha denopati.
Dengue haemorrhagic fever (DHF);  penyakit demam dengue yang disertai dengan tanda perdarahan ptechie spontan dan serentak, ekimosis, epitaksis, hematemesis, melena, ataupun perdarahan gusi.
Dengue shock syndrum (DSS); penyakit  DF atupun DHF yang disertai dengan gejala shock.
Selain tanda klinis yang khas untuk penyakit dengue ini secara laboratories ditandai dengan hal- hal penting al: protrombin time meningkat, hematokrit meningkat, trombositopeni,
Pemeriksaan uji turniquet merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk mencurigai adanya penyakit dengue bila secara klinis pasen diduga terkena demam dengue.

Secara laboratories akan ditemukan beberapa hal spesifik sehubungan dengan demam dengue al; trombositopenia, hematokrit meningkat ( 3x Hb ) dan serum antibody.

Perjalanan penyakit berawal dari masuknya virus dengue ketubuh penderita, virus ini disebarkan oleh nyamuk Aides Aegypti, yang memiliki jangkauan penyebaran sekitar radius 100 meter. Setelah 2-7 hari akan timbul gejala klinis sebagai akibat viremia. Sedang pada kasus DHF manifestasi yang jelas dicetuskan oleh meningkatnya permeabilita pembuluh darah, trombositopenia dan perdarahan. Shock terjadi oleh kondisi klinis yang terjadi akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah, toxin, penurunan volume plasma dan akibat extra vasasi. Perdarahan spontan yang hebat sering menjadi penyebab penurunan kondisi yang drastis.
Pada riwayat infeksi dengue berulang akan bereaksi lebih buruk dari serangan sebelumnya, hal ini sebagai reaksi komplek antibody yang telah timbul pada serangan pertama.
Keparahan ini sebagai akibat reativation system imun yang sudah ada, sehingga anafilatoksin meningkat dan permeabilitas pembuluh darah semakin memburuk, kondisi ini sangat rentan terhadap munculnya shock (DSS). Pada serangan kedua kondisi trombosit yang telah mengalami metamorfosis akan segera di musnahkan oleh reticulo endothelium system (RES), sehingga terjadi trombositopeni yang lebih parah. Akibat lebih parah dari pemecahan trombosit ini akan trombosit faktor yang merangsang koagulasi intra vaskular.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar