MENOMETRORAGIA ialah perdarahan yang banyak, di luar siklus haid
& biasanya terjadi dalam masa antara 2 haid, perdarahan itu tampak terpisah
& dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan ini menjadi 1 yang
pertama dinamakan metroragia yang kedua menometroragia.
Metroragia ialah perdarahan dari vagina pada seorang wanita tanpa tersedia
hubungan dengan suatu siklus haid, terjadi pada pertengahan siklus sebagai
suatu spotting dapat diyakinkan denga pengukuran suhu basal tubuh.
Menorargia ialah perdarahan siklik yang berlangsung lebih dai 7 hari dengan
jumlah darah kadang-kadang cukup banyak.
I. PENGERTIAN MENOMETRORAGIA
Menometroragia adalah pendarahan
dari vagina pada seorang wanita tanpa ada hubungan dengan suatu siklus haid.
Pendarahan ovulataoir terjadi pada pertengahan silus sebagai suatu spotting dan
dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah
kelainan organik (polip endrometrium, karsinoma endrometrium, karsinoma
serviks), kelainana fungsional, serta penggunaan estrogen eksogen.
Menorhagia adalah pengeluaran darah
yang terlalu banyak biasanya disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi,
jadi pada siklus yang teratur.
Metrorhagi adalah perdarahan yang
tidak teratur dan yang tidak ada hubungan dengan haid.
Menometrorhagia –>
perdarahan uterus yang sesuai waktu tetapi dengan jumlah yang sedikit
Menometrorhagia adalah perdarahan
uterus abnormal (jumlah, frekuensi, atau lamanya), yang terjadi baik di dalam
maupun di luar siklus haid yang semata-mata disebabkan oleh gangguan fungsional
mekanisme kerja poros hipotalamus – hipofisis – ovarium, endometrium, tanpa
adanya kelainan organik alat reproduksi.
Menometrorhagia adalah perdarahan
uterus berlebihan yang terjadi pada dan diantara periode menstruasi.
Menometroragia dapat disebabkan oleh
kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional
II. ETIOLOGI
Biasanya disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron akibat dari :
a. Endokrin : gangguan
pada sistem hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan endometrium.
b.Non
Endokrin : psikogenik,
neurogenik, nutrisi yang kurang dan penyakit sistemik.
a. Sebab-sebab organik.
Perdarahan dari uterus, tuba,
dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada :
a. Serviks uteri b. Korpus uteri c. Tuba
falopii d. Ovarium
b. Sebeb-sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak
ada hubungannya dengan sebab organik dinamakan perdarahan disfungsional.
Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause.
Perdarahan disfungsional dapat
dibedakan menjadi 2 jenis :
1. Perdarahan ovulatoar
Gangguan dianggap berasal dari
faktor-faktor neuromukular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya
belum seberapa dimengerti.
2. Perdarahan anovulatoar
Gangguannya dianggap bersumber pada
gangguan endokrin.
Gambaran klinik :
Stimulasi dengan estrogen
menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah
tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis,
kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Endometrium dibawah pengaruh estrogen
tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula -mula proliferatif dapat terjadi
endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada
sediaan yang diperoleh dengan kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan
bersifat anovulatoar.
Perdarahan disfungsional dapat
dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin,
penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium, dan
sebagainya. Akan tetapi terdapat banyak wanita dengan perdarahan disfungional
tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut diatas. Dalam hal ini stress yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, kejadian-kejadian yang menggangu
keseimbangan emosional dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar. Biasanya dalam
perdarahan ini hanya untuk sementara waktu saja.
III. Diagnosis
Pembuatan anamnesis yang cermat
penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah
didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea/amenore, sifat
perdarahan (banyak atau sedikit- sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan,
lama atau tidak, dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan
tanda-tanda yang menunjuk kearah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit
endokrin, penyakit menahun, dan lain-lain. Kecurigaan terhadap salah satu
penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan
teliti ke arah penyakit yang bersangkutan. Pada pemeriksaan ginekologik perlu
dilihat apakah ada kelainan-kelainan organik yang menyebabkan perdarahan
abnormal. Dapat dilakukan kerokan untuk pembuatan diagnois. Pada wanita
berumur 20 – 40 tahun kemungkinan
besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan sebagainya.
Kerokan diadakan setelah diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak
menggangu kehamilan. Pada wanita pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan
ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.
- Singkirkan terlebih dahulu kelainan organik.
- Anamnesis, perlu diketahui :
- Usia
Menarche
- Siklus
haid
- Jumlah
perdarahan
- Lama
menstruasi
- Sifat
perdarahan
- Latar
belakang keluarga
- Status
emosi
- Pemeriksaan fisik
- Umum
Adanya tanda-tanda penyakit
metabolik, endokrin, gangguan hemolisis, penyakit menahun dll.
- Ginekologi
Pada wanita usia pubertas, tidak
diperlukan hapusan namun pada wanita usia premenopause perlu dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya keganasan.
- Penunjang
Kelainan organik yang kecil pada
genetalia interna sering kali sulit dinilai apalagi pada wanita Virgin,
sehingga dianjurkan pemeriksaan biopsi endometrium, lab darah dan fungsi
hemostatis, USG, radic imun assay. Dll.
- Diagnosis anovulasi
- Suhu
basal badan
- Biopsi
endometrium
- Sitologi
- Hiperfungsi
adrenal
- Hipotiroid
- FSH
dan LH
- Progesteron
- Hipo
fungsi pankreas
IV. Penanganan
Tujuan
a. Menghentikan
perdarahan
b. Memulihkan
pola haid ovulatoar
c. Mencegah
akibat jangka panjang dari keadaan anovulasi
- Prinsip
a. Singkirkan
dulu kelainan organik
b. Bila
terjadi perdarahan banyak atau KU jelek atau Anemis, segera hentikan perdarahan
dengan injeksi estrogen atau progesteron kemudian transfusi.
c. Perdarahan
yang tidak mengganggu KU, terapi cukup dengan estrogen atau progesteron oral
saja
d. Terapi
lain : antifibrinolitik atau anti prostaglandin
e. Setelah
perdarahan berhenti atau gangguan haid teratasi selanjutnya atur siklus haid
selama 3 bulan berturut – turut
f. Setelah
3 bulan pengaturan siklus haid, keadaan kembali lagi seperti semula, cari
penyebab lain (analisa hormon)
- Pengobatan pada siklus
anovulatorik
· Tujuan
Menghentikan perdarahan dan mengembalikan
siklus haid sampai terjadi ovulasi atau sampai hormon-hormon untuk memicu
ovulasi terpenuhi.
Obat yang diberikan :
a Estrogen dosis tinggi
Estradiol diprolionas 2,5 mg
Estradiol benzoas 1,5 mg
Ø Pil kombinasi 2 x 1
tablet selama 3 hari
1 x 1 tablet selama 21 hari
b Progesteron
MPA 10 – 20 mg / hari selama 7 – 10
hari
Linestrenol 5 mg
- Pengobatan pada
Menometroraghia berat
Beri estrogen konjugasi dosis tinggi
untuk merangsang terbentuknya lapisan mukopolisakarida pada dinding kapiler dan
arteriola sehingga luka pada pembuluh darah tertutup.
Dosis :
25 mg IV / 3-4 jam. Maksimal 4 kali
suntikan
Bila KL estrogen, beri progesteron
100 mg untuk merangsang kontraksi sitmik pada vasomotor dan menjaga ketahanan
endometrium.
- Pengobatan operatif
Terapi ini bertujuan menghentikan
perdarahan, dengan angka keberhasilan 40 % – 60 %.
- Pengobatan lain
Yaitu dengan pemberian anti
fibrinolitik.
Aktivitas fibrinolitik di uterus
tinggi karena akibat enzimatik plasmin atau plasminogen yang menyebabkan
degradasi fibrin, fibrinogen, faktor V dan VIII. Proses seperti urakinase,
tripsin, dan streptokinase. Dapat dihambat oleh asam amino keproat dan AS
traneksamat dosis 4 gr / hari (4 kali pemberian).
Kadang-kadang pengeluaran darah pada
perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat
baring dan diberi tranfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukan
bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus,
perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat
diberikan: a. Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah
meningkat dan
perdarahannya berhenti. Dapat
diberikan secara intra muskulus dipropionas estradiol 2,5 mg, atau benzoas
estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Keberatan terapi ini adalah
bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
b. Progesteron: pertimbangan disini
ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga
pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat
diberikan kaproas hidroksi-progesteron 125 mg, secara intramuskulus, atau dapat
diberikan per os sehari norethindrone 15 mg atau asetas medroksi- progesterone
(provera) 10 mg, yang dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita dalam masa
pubertas.
Terapi yang paling baik adalah
dilatasi dan kerokan,tindakan ini penting, baik untuk terapi maupun untuk
diagnosis. Dengan terapi ini banyak kasus perdarahan tidak terulang lagi.
Apabila ada penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, dan
lain-lain yang menjadi sebab perdarahan, tentulah penyakit ini harus ditangani.
Apabila setelah dilakukan kerokan
perdarahan disfungsional timbul lagi, dapat diusahakan terapi hormonal.
Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat karena sebagian besar perdarahan
disfungsional disebabkan oleh hiperestrinisme. Pemberian progesteron saja
berguna apabila produksi estrogen secara endogen cukup. Dalam hubungan dengan
hal-hal tersebut diatas pemberian esterogen dan progesteron dalam kombinasi dapat
dianjurkan, untuk keperluan ini pil-pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini
dapat dilakukan mulai hari ke 5 perdarahan terus untuk 21 hari dapat pula
diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke 21 siklus haid. Androgen
dapat berguna pula dalam terapi teradap perdarahan disfungsional yang berulang.
Terapi per os umumnya lebih dianjurkan daripada terapi dengan suntikan. Dapat
diberikan metiltestosteron 5 mg sehari, dalil dalam terapi dengan androgen
ialah pemberian dosis yang sekecil-kecilnya dan sependek mungkin.
Sebagai tindakan yang terakhir pada
wanita dengan perdarahan disfungsional terus menerus walaupun sudah dilakukan
kerokan beberapa kali dan yang sudah mempunyai anak cukup ialah histerektomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar